Senin, 31 Mei 2010

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA


- A. A Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

- Nawawi, Hadari. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

- Rangkuti, Freddy. 2000. Business Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Kamis, 13 Mei 2010

Proposal PI

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat baik di pasar domestik maupun internasional pada era globalisasi. Untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada industri barang, produktivitas sangat penting bagi perusahaan untuk dikelola dengan baik. Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan konsumen. Produktivitas dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini dapat diimplementasikan interaksi antara karyawan (:pekerja) dan pelanggan yang mencakup (a) ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan; (b) penampilan karyawa, berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam berpakaian; (c) kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan dengan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan (Gaspersz, 2003:130). Berarti produktivitas yang baik dilihat dari persepsi pelanggan bukan dari persepsi perusahaan. Persepsi pelanggan terhdap produktivitas jasa merupakan penilaian total atas kebutuhan suatu produk yang dapat berupa barang ataupun jasa.

Harapan pelanggan merupakan keyakinan sebelum membeli produk yang akan dijadikan standar dalam menilai produktivitas produk tersebut. Harapan pelanggan dibentuk dari pengalaman masa lampau, dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi konsumen dan promosi perusahaan. Sikap merupakan orientasi yang relatif berpengaruh terus-menerus dalam jangka waktu yang lama terhadap produk dan proses. Para peneliti mengetahui bahwa ukuran persepsi konsumen atas produktivitas jasa sesuai dengan paradigma adanya perbedaan antara harapan dengan persepsi terhadap produktivitas, tetapi mereka juga beranggapan bahwa produktivitas jasa dan kepuasan merupakan konsep yang berbeda.

Salah satu permasalahan penting bagi pimpinan dalam suatu organisasi ialah bagaimana memberikan motivasi kepada karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini, pimpinan dihadapkan suatu persoalan bagaimana dapat menciptakan situasi agar bawahan dapat memperoleh kepuasan secara individu dengan baik dan bagaimana cara memotivasi agar mau bekerja berdasarkan keinginan dan motivasi untuk berprestasi yang tinggi.

Semakin termotivasi dalam bekerja, bekerja dengan rasa tenang, dan yang lebih penting lagi kepuasan kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas dan motivasi yang tinggi pula. Karyawan yang tidak merasa puas terhadap pekerjaannya, cenderung akan melakukan penarikan atau penghindaran diri dari situasi-situasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun psikologis.

Bila seseorang termotivasi, ia akan berusaha berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Namun belum tentu upaya yang keras itu akan menghasilkan produktivitas yang diharapkan, apabila tidak disalurkan dalam arah yang dikehendaki organisasi. Oleh karena itu, upaya harus diarahkan dan lebih konsisten dengan tujuan ke dalam sasaran organisasi.

Dari uraian di atas menunjukkan adanya hubungan antara kepuasan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan. Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah situasi yang bertentangan karena belum adanya kesepakatan umum dari para ahli tentang maksud pengertian produktivitas serta kriterianya dalam mengikuti petunjuk-petunjuk produktivitas. Secara umum produktivitas diartikan atau dirumuskan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input) Hasibuan (203:126). Apabila produktivitas naik hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi, dan adanya peningkatan keterampilan tenaga kerja. Ravianto (1995:21) memberikan rumusan produktivitas kerja sebagai berikut :

Produktivitas Kerja = fungsi (Mot + Kec + Kepr + Per) + Kep

Bergabungnya seseorang dalam organisasi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan, berupa penghasilan yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhannya. Suasana batin (:psikologis) seorang karyawan sebagai individu dalam organisasi yang menjadi lingkungan kerjanya tampak selalu semangat atau gairah keija yang menghasilkan kegiatan kerja sebagai kontribusi bagi pencapaian tujuan organisasi tempatnya bekerja.

Faktor keinginan (motivasi) mencapai sesuatu mendorong individu untuk sukses. Individu yang memiliki Need for achivement yang tinggi akan berani dalam mengambil keputusan yang mereka buat. Keinginan yang tinggi untuk berhasil dalam mencapai sesuatu membentuk kepercayaan diri dan pengendalian diri yang tinggi (Locus of control) individu tersebut. Pengendalian timbul dari kepercayaan (belief) individu terhadap sesuatu yang ada di luar dirinya.

McClelland dikenal untuk karyanya pada pencapaian motivasi. David McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan, serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide nya telah diadopsi secara luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat dengan teori Frederick Herzberg.

David McClelland dikenal menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”:
1. Motivasi untuk berprestasi (n-ACH)
2. Motivasi untuk berkuasa (n-pow)
3. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)

David McClelland (Robbins, 2001 : 173) dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland juga digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengambil judul :

“ PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. GARUDA JAYA BEEF ”




1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimana pengaruh motivasi dengan produktivitas kerja karayawan pada PT. Garuda Jaya Beef ?


1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penulisan ini pada pengaruh motivasi dengan produktivitas kerja karayawan pada PT. Garuda Jaya Beef dengan menggunakan pehitungan yaitu : Validitas, Reliabiitas dan Analisis Regresi dengan menggunakan SPSS. Dan untuk mengetahui tentang hubungan variabel terhadap produktivitas dengan menggunakan metode skala Likert.


1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah:
a. Mengetahui pengaruh motivasi tehadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Garuda Jaya Beef.
b. Untuk mengetahui variabel mana saja yang bisa meningkatkan produktivitas.


1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Untuk Penulis
Untuk menambah pengetahuan penulis dengan cara membandingkan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam hal mempelajari pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja.

b. Manfaat Untuk Perusahaan
Untuk memberikan informasi kepada perusahaan agar dapat lebih memotivasikan karyawan untuk lebih produktif dalam bekerja.


1.6 Metode penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan untuk memperoleh data penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.6.1 Objek Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung ke objek yang di teliti yaitu PT. Gauda Jaya Beef yang berlokasi di Jl. Kramat Ganceng No.23 Jakarta Timur. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah karyawan pada PT. Garuda Jaya Beef.

1.6.2 Data atau Variabel
Data variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), kebutuhan afiliasi dan produktivitas yang merupakan hasil jawaban responden PT. Garuda Jaya Beef yang diperoleh dari penyebaran kuesioner.

1.6.3 Metode Penyimpulan Data
Didalam penyusunan penulisan ilmiah ini penulis memerlukan sumber-sumber data yang erat kaitannya dengan judul penulisan ilmiah ini. Metode penulisan yang digunakan adalah :
a. Observasi, dengan mendatangi objek yang bersangkutan untuk mendapatkan data yang diperlukan.
b. Wawancara, dengan mengadakan tanya jawab dengan karyawan PT. Garuda Jaya Beef untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini.
c. Kuesioner, dengan memberikan lembar pertanyaan dalam suatu formulir yang berhubungan dengan objek yang diteliti untuk memperoleh jawaban data dan responden.

1.6.4 Alat Analisis Yang Digunakan
Alat analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Uji Validitas
Uji validias dilakukan untuk memastikan instrumen penelitian sebagai alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur, mengukur apa yang ingin diukur.
Sementara validitas pengukuran dalam penelitian ini terkait dengan validitas konstruksi (construct validity). Validitas konstruksi ini lebih terarah pada pertanyaan mengenai apa sebenarnya yang diukur oleh alat pengukur yang ada (Setiaji, 2004: 59). Dengan kata lain, validitas konstruksi berkaitan dengan pengertian, kegunaan, atau manfaat dan asosiasi variabel-variabel terukur atau teramati tersebut dengan sebuah variabel tidak terukur atau lebih yang menjadi sasaran utama. yang secara teoretis dinyatakan mempunyai asosiasi. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung dengan nilai r-tabel untuk degree of freedom (df)= n-k.
Dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah konstruk. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid.

b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk memastikan instrumen penelitian sebagai alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama atau disebut juga internal consistency reliability.
Pada penelitian ini uji reliabilitas alat ukur yang akan digunakan adalah dengan cronbach alpha dengan bantuan program SPSS. Statistik ini berguna untuk mengetahui apakah pengukuran yang kita buat reliabel atau tidak. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha dari r-tabel (Setiaji, 2004: 59).
Untuk hasil analisis bisa dilihat pada output uji reliabilitas pada bagian corrected item total correlation.

c. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini menggunakan model probabilitas linier sebagaimana model regresi yang lain, di mana parameternya dapat ditaksir dengan prosedur kuadrat terkecil biasa (OLS) yang umum (Gujarati dalam Wahyudin dan Narimo, 2005). Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (kepuasan kerja dan motivasi) terhadap variabel dependen (produktivitas kerja).
Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut (Sugiyono dan Wibowo, 2002:347):

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :
Y = Variabel produktivitas kerja.
a = Konstanta regresi berganda.
b1, b2 = Koefisien regresi.
X1 = Variabel kepuasan kerja.
X2 = Variabel motivasi.
e = Error (variabel bebas lain diluar model regresi).

Senin, 08 Maret 2010

Penalaran Induktif

Nama : Abhina Sakti D

NPM : 10207007

Tugas : Bahasa Indonesia 2

Judul : Penalaran Induktif

PENALARAN INDUKTIF

Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Proses berpikir refleksi ini diperkenalkan oleh John Dewey (Burhan Bungis: 2005; 19-20), yaitu dengan langkah-langkah atau tahap-tahap sebagai berikut :

· The Felt Need, yaitu adanya suatu kebutuhan. Seorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaannya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.

· The Problem, yaitu menetapkan masalah. Kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need di atas, selanjutnya diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan atau kebutuhan tersebut, yaitu apa sebenarnya yang sedang dialaminya, bagaimana bentuknya serta bagaimana pemecahannya.

· The Hypothesis, yaitu menyusun hipotesis. Pengalaman-pengalaman seseorang berguna untuk mencoba melakukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Paling tidak percobaan untuk memecahkan masalah mulai dilakukan sesuai dengan pengalaman yang relevan. Namun pada tahap ini kemampuan seseorang hanya sampai pada jawaban sementara terhadap pemecahan masalah tersebut, karena itu ia hanya mampu berteori dan berhipotesis.

· Collection of Data as Avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian. Tak cukup memecahkan masalah hanya dengan pengalaman atau dengan cara berteori menggunakan teori-teori, hukum-hukum yang ada. Permasalahan manusia dari waktu ke waktu telah berkembang dari sederhana menjadi sangat kompleks; kompleks gejala maupun penyebabnya. Karena itu pendekatan hipotesis dianggap tidak memadai, rasionalitas jawaban pada hipotesis mulai dipertanyakan. Masyarakat kemudian tidak puas dengan pengalaman-pengalaman orang lain, juga tidak puas dengan hukum-hukum dan teori-teori yang juga dibuat orang sebelumnya. Salah satu alternatif adalah membuktikan sendiri hipotesis yang dibuatnya itu. Ini berarti orang harus merekam data di lapangan dan mengujinya sendiri. Kemudian data-data itu dihubung-hubungkan satu dengan lainnya untuk menemukan kaitan satu sama lain, kegiatan ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis tersebut dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis, yaitu hipotesis yang dirumuskan tadi.

· Concluding Belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dibuatlah sebuah kesimpulan, dimana kesimpulan itu diyakini mengandung kebenaran.

· General Value of The Conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara umum. Konstruksi dan isi kesimpulan pengujian hipotesis di atas, tidak saja berwujud teori, konsep dan metode yang hanya berlaku pada kasus tertentu – maksudnya kasus yang telah diuji hipotesisnya – tetapi juga kesimpulan dapat berlaku umum terhadap kasus yang lain di tempat lain dengan kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Metode induktif

Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.

Konsep dan simbol dalam penalaran

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama-sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

· Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.

· Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Induktif : proses penyelesaian dari hal-hal khusus ke umum.

Generalisasi : proses perumuman.

Metode induksi yang sering digunakan ada dua:

1. Silogisme : metode induksi yang menarik kesimpulan berdasarkan premis umum dan premis khusus yang telah ada sebelumnya.

Contohnya : Semua manusia mempunyai tangan, Fuji manusia, kesimpulan : Fuji mempunyai tangan..

2. Generalisasi : metode induksi yang menghasilkan satu kesimpulan umum berdasarkan data yang ada.

Contohnya : X rajin belajar, X juara kelas. Y rajin belajar, juga juara kelas. Z juga rajin belajar dan juara kelas. Dari keterangan-keterangan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan umum yaitu : semua anak yang rajin belajar juara kelas. Tapi apakah semua anak yang rajin belajar juara kelas? Oh, tidak, kawan.

Tentu kita telah memahami metode-metode penarikan kesimpulan. Selanjutnya kita akan mempersempit bahasan kita mengenai metode induksi generalisasi.

Nah, kita harus sangat hati-hati dalam menggeneralisasikan sesuatu. Tidak semua hal bisa digeneralisasikan. Menurutku, ada dua jenis generalisasi berdasarkan akibatnya terhadap nyawa kita sendiri (atau bisa dibilang : salah-salah generalisasi, bisa kehilangan nyawa) :

· Generalisasi positif : generalisasi yang menyimpulkan kepada yang baik. Pembuat kesimpulan (jika tidak dipanggil malaikat maut) tidak akan kehilangan nyawanya dalam waktu dekat. Contoh : W adalah alumni smansa padang, dia ganteng. X alumni smansa padang, X ganteng. Y alumni smansa padang, juga ganteng, Z juga alumni smansa padang, juga ganteng. Jadi bisa digeneralisasikan bahwa hampir alumni smansa padang ganteng-ganteng. Jadi, aku yang notabene tidak terlalu ganteng, bisa saja masuk ke dalam hampir semua alumni itu. Jelas kesimpulan itu tidak akan menimbulkan kericuhan. (mweheheheh…)

· Generalisasi negatif : atau bisa kubilang generalisasi ke yang negatif. Pembuat kesimpulan terancam kehilangan nyawa begitu pernyataan diungkapkan. Contoh : Di sebuah kosan cowok berjudul Putra Bejat diketahui bahwa : A adalah penjahat kelamin, B juga penjahat kelamin, C begitu juga, penjahat kelamin, D juga penjahat kelamin. Jika ada yang berkesimpulan tolol bahwa hampir semua penghuni kosan Putra Bejat itu adalah penjahat kelamin, dipastikan si pembuat kesimpulan segera masuk acara BUSER.

Bentuk – bentuk Penalaran Induktif :

A. Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

Generalisasi adalah perluasan suatu aplikasi yang meliputi suatu daerah object yang lebih besar dengan jenis yang berbeda atau jenis yang sama.

Generalisasi (generalization) : menjelaskan topik atau konsep utama yang diikuti oleh informasi atau sub-sub topik yang mendukung, mengklarifikasi, menerangkan, atau memperluas topik utama.

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.

Contoh:

Pernyataan "semua bintang sinetron berparas cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

Contoh kesalahannya:

  • Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.

Prinsip Generalisasi

· Sebuah generik adalah sebuah entitas yang bisa dikhususkan (dijabarkan lebih jauh) terhadap invokasi.

· Prinsip analogi: Ketika ada kecocokan pola antara dua obyek berbeda, obyek-obyek ini bisa digantikan oleh sebuah obyek yang diberikan parameter untuk memungkinkan rekonstruksi obyek-obyek aslinya.

· Prinsip parameterisasi à sebuah parameter dari sebuah generik bisa terbentuk dari domain.

Macam-macam generalisasi

1. Generalisasi sempurna

Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.

Contoh: sensus penduduk

2. Generalisasi tidak sempurna

Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.

Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.

Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:

1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.

2. Sampel harus bervariasi.

3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

B. HIPOTESIS DAN TEORI

Hipotesis adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotesis yang secara relatif lebih kuat sifanya bila dibandingkan dengan hipotesis.

Pengertian Hipotesis :

Pernyataan mengenai hubungan antara dua variable atau lebih mengenai suatu fenomena;

Fungsi Hipotesis:

Sebagai pedoman dan memberikan arah penelitian;

Sumber hipotesis:

- Berasal dari teori: pemikiran deduktif

- Berasal dari pengalaman peneliti, dan fakta dari lapangan:

pemikiran induktif;

KRITERIA HIPOTESIS

· Dinyatakan dalam kalimat yg menyatakan hubungan dua variabel atau lebih;

· Dilandasi oleh argumentasi yang kuat berdasarkan teori;

· Mendorong untuk dilakukan pengujian (testable);

· Disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas (concise);

· Konsisten dengan teori yang ada;

· Memiliki argumentasi yg jelas dan dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.

Contoh:

Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan mobilitas sosial

TIPE DAN BENTUK HIPOTESIS

· Hipotesis substantif---- vs --- hipotesis statistic

· Hipotesis nol --- vs --- hipotesis alternative

· Hip. directional --- vs --- hi. un-directional

Hy substantif disebut juga sbg hy penelitian;

Hy statistik merup. hy dalam konteks perhitungan statistik

Contoh: Hy nol: “tidak ada perbedaan antara X dengan Y”

Hy alt: “ada perbedaan antara X dengan Y”

Hy directional: rata-rata prestasi belajar siswa yg diajar dengan metode baru lebih baik dari pada metode konvensional;

Hy un-directional: ada perbedaan rata-rata prestasi siswa yg diajar dg metode baru dengan yg diajar dg metode konvensional’

Teori adalah generalisasi atau seri generalisasi di mana kita mencoba menjelaskan suatu fenomena dengan cara yang sistematis

Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada.

PERAN TEORI DALAM PENELITIAN

· Memberi kerangka pemikiran bagi penelitian;

· Membantu peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian;

· Memberikan landasan yang kuat dalam menjelaskan dan memaknai data dan fakta;

· Mendudukkan permaslahan penelitian secara logis dan runtut;

· Membantu dalam membangun ide-ide yg diperoleh dari hasil penelitian;

· Memberikan acuan dan menunjukkan jalan dalam membangun kerangka pemikiran;

· Memberikan dasar-dasar konseptual dlm merumuskan difinisi operasional;

· Membantu mendudukkan scr tepat dan rasional dalam mensitesis dan mengintegrasikan gagasannya

PROSEDUR PENYUSUNAN TEORI

· Melakukan kajian pustaka;

· Melakukan sintesa atau modifikasi antara teori yg satu dengan yang lain;

· Menyusun sendiri kerangka pemikiran secara logis, runtut, dan rasional;

· Merumuskan hipotesis;

· Melakukan penelitian untuk menguji hipotesis

· Merumuskan teori baru.

C. Analogi

Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.

D. Hubungan Kausalitas

Hubungan kausalitas adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Macam-macam hubungan kausal :

1) Sebab-akibat

2) Akibat-sebab

3) Akibat-akibat

E. Induksi dalam metode eksposisi

Semua metode eksposisi dapat dimanfaatkan dalam argumentasi. Tapi dalam menerapkan metode-metode itu terdapat perbedaan. Pada tulisan ekspositoris fakta-fakta diajukan secukupnya untuk mengadakan konkritisasi atas inti persoalan yang dikemukakan, sehingga para pembaca mengetahui bukan hanya persoalannya tetapi juga beberapa landasan yang menunjang inti persoalan. Sebaliknya pada argumentasi fakta-fakta digunakan sebagai evidensi, yaitu sebagai alat pembuktian kebenaran dari persoalan yang dikemukakan. Oleh sebab itu, cara penggunaannya, penyajiannya, jumlah perincian yang disajikan haruslah sedemikian rupa, sehingga para pembaca diyakinkan mengenai kebenaran permasalahannya.

F. Salah Nalar

Salah nalar adalah gagasan , pikiran kepercayaan , atau simpulan yang salah keliru , atau cacat..

Jenis-jenis salah nalar :

a) Deduksi yang salah

Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.

b) Generalisasi terlalu luas

Jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.

c) Pemilihan terbatas pada dua alternative

Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternative yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada.

d) Penyebab salah nalar

Kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran.

e) Anologi yang salah

Dapat terjadi bila orang yang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.

f) Argumentasi bidik orang

Sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.

g) Meniru-niru yang sudah ada

Anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan kalau orang lain melakukan hal itu.

Referensi

- http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100202231829AApWCd5

- http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20071114153534AAwm89o

- http://id.wikipedia.org/wiki/

- mita.staff.gunadarma.ac.id > abstraksi dan generalisasi

- http://morishige.wordpress.com/2007/09/23/generalisasihati-hati-nyawa-melayang/

- http://oendixsas.blogspot.com/2008_08_01_archive.html

- pgmiunyb.files.wordpress.com/2007/12/teori-hipotesis.ppt

- http://www.scribd.com/doc/23757813/hipotesis

- http://ssantoso.blogspot.com/2008/08/penalaran-induktif-dan-deduktif-materi.html

Senin, 01 Maret 2010

Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung

Nama : Abhina Sakti Dangianjar

NPM : 10207007

Tugas : Bhasa Indonesia 2

Judul : Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung

Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung

1. Silogisme Kategorial

Adalah dua proporsisi yang belainan.

Contoh :

Umum : Semua produk adalah barang

Khusus : Lipstik adalah produk

Kesimpulan : Jadi, lipstik adalah barang

Semua produsen adalah penghasil

Aby adalah produsen

Jadi, Aby adalah penghasil

2. Silogisme Hipotesis

Contoh :

Jika cek dicairkan menghasilkan uang

Cek dicairkan

Jadi, cek menghasilkan uang

3. Silogisme Alternatif

Adalah yang terdiri premis mayor alternatif.

Contoh :

Aby adalah seorang manajer atau akuntan

Aby adalah seorng manajer

Jadi, Aby bukan seorang akuntan

4. Entimen

Contoh :

Semua manajer adalah cerdas

Aby adalah seorang manajer

Jadi, Aby adalah cerdas

Aby adalah cerdas karena Aby seorang manajer

5. Rantai Deduksi

Contoh :

Semua pemimpin bijaksana

Dia ditunjuk sebagai pemimpin

Jadi, dia tidak menerimanya sebab dia tidak bijaksana

Karena pemimpin bijaksana

Dia tidak pernah menjadi pemimpin

Ternyata pemimpin harus bijaksana